BAB VII
ILMU ALLAH
(عِلْمُ اللهِ)
Ilmu Allah sangat luas dibanding ilmu
makhluk-Nya. Manusia tidak sanggup untuk menuliskannya, meskipun dengan tinta
dari 7 lautan dan pena dari semua pepohonan yang ada tak kan cukup (18:109,
31:27). Sedangkan ilmu makhlukNya sangat terbatas 2:32, 17:85. Oleh karena itu,
Allah adalah sumber segala ilmu.
Allah Maha Pencipta (الْخَالِقُ )
Allah adalah Pencipta segala sesuatu (6:102)
خَالِقُ كُلِّ
شَيْءٍ
Menciptakan yang Telah tiada, Sekarang ada dan Akan ada. Allah tidak pernah
berhenti dalam mencipta à tertolaklah anggapan bahwa Allah menciptakan alam ini dalam 6 hari
(Ahad – Jum’at) dan beristirahat pada hari Sabtu. Kalau berhenti mencipta,
hancurlah alam semesta ini.
Pemberi Rizki (الْعَلِيْمُ )
Karena Pencipta, maka Allah paling tahu segala sesuatu (2:29) :
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ
مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ
سَمَوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Allah Maha Mengetahui 59:22 yaitu, Yang abstrak (ghoib) dan Yang nyata
(syahadah). Sedikit mendetailkan pengetahuan Allah yang ditulis di Lauh Mahfuzh
6:59 diantaranya apa yang di daratan dan di lautan, tiada sehelai daun pun yang
gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), tidak jatuh sebutir biji pun dalam
kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering
Khusus Jalur Ilmu (اَلْخَاصَّةُ )
Berkat rahmatNya, Allah membagi sedikit ilmuNya kepada makhlukNya, termasuk
manusia. Pemberian ilmu ini menggunakan dua jalur (jalan), diantaranya ;
1. Jalur khusus ini disebut juga jalur resmi (اَلطَّرِيْقَةُ
الرَّسْمِيَّةُ) à cepat
2. Jalur umum disebut jalur tidak resmi (اَلطَّرِيْقَةُ
غَيْرُالرَّسْمِيَّةُ) à lambat
Karena ini jalur resmi, maka hanya orang-orang khusus yang menerimanya.
Ilmu yang diberikan oleh Allah melalui jalur resmi berupa WAHYU (اَلْوَحْيُ). Wahyu
sendiri secara bahasa berarti bisikan (وَسْوَسَةٌ) 6:112 يُوحِي=
membisikkan, 6:121 لَيُوحُونَ = membisikkan. Ilham 16:68 أَوْحَى =الإِلْهَامُ
وَالْهِدَايَةُ وَالإِرْشَادُ (ilham, petunjuk, dan bimbingan); 28:7 أَوْحَيْنَا = dan Kami ilhamkan (kepada ibunda Nabi Musa AS). Mengatur atau membentuk
41:12. Seperti perintah 99:5.
Wahyu yang secara bahasa memiliki 4 arti itu,
tidak membuat pihak-pihak yang mendapatkan wahyu ini lantas disebut Nabi atau
Rasul. Kalau otomatis nabi berarti ada nabi dari setan, lebah, langit, bumi,
wanita. Termasuk pemberitahuan akan karunia dan petunjuk yang Allah berikan
kepada Maryam saat melahirkan melalui malaikat dalam bentuk seorang laki-laki
(19:16-26) àbukan berarti Maryam itu Nabi. Atau dua malaikat yang datang kepada Nabi
Ibrahim dan bercakap-cakap termasuk dengan Sarah, bukan berarti Sarah juga Nabi
(11:69-74).
Sedangkan WAHYU secara istilah, itulah yang
diberikan kepada RASUL. Seperti pada 42:51 cara-cara wahyu turun diantaranya
Allah berkata-kata langsung (khusus kepada Nabi Musa dan Nabi Muhammad ketika
Mi’raj), Melalui tabir dan Melalui malaikat. Cara lainnya adalah melalui mimpi
(37:102, 48:27) atau suara lonceng yang memekakkan telinga. Jadi sampainya
kepada manusia melalui UTUSAN (اَلرَّسُوْلُ) yang
ditunjuk oleh Allah SWT.
Umum Jalur Ilmu (اَلْعَامَّةُ)
Ilmu Allah diberikan juga melalui jalur umum
atau jalur tidak resmi, yakni berupa ilham. Ilmu ini tidak melalui perantara
para Rasul Allah atau Nabi Allah, tetapi ditanamkan langsung oleh Allah. Tentu
dibawa oleh malaikat Jibril kepada yang bersangkutan. Jadi sampainya ilmu
kepada manusia secara umum itu bersifat LANGSUNG (مُبَاشَرَةٌ).
Seperti pada 55:4 kecerdesan berpikir; mampu mengerti dengan terang dan sanggup
pula memberikan pengertian kepada orang lain dengan terang pula.
Perhatikanlah bagaimana kecerdasan manusia itu
berbeda-beda, meskipun satu ibu-bapak. Siapa yang memberikan kecerdasan lebih
pada orang tertentu dan kurang pada orang yang lainnya pada suatu bidang? Bukan
karena orang tua atau guru atau sekolah. Tapi Allah yang memberikannya. Semua
manusia pada hakikatnya cerdas, hanya saja berbeda-beda bidang kecerdasannya.
Bahkan binatang pun diberikan kecerdasan: berang-berang yang mampu membuat
bendungan yang manusia pun baru mampu membangunnya pada abad ke-20.
Ayat-ayat Qauliyah / WAHYU (اَلأيَةُ
الْقَوْلِيَّةُ)
Wahyu yang berikan kepada Rasul disebut pula
AYAT-AYAT QAULIYAH (Firman Allah), AQ. Ayat-ayat qauliyah ini ada yang dalam
bentuk lembaran-lembaran (shuhuf) dan ada pula yang berupa kitab. 87:18-19
surat al-A’la secara keseluruhan (ada juga yang mengatakan ayat 14-17 saja)
terdapat dalam shuhuf Ibrahim dan Musa. Sedangkan yang berupa kitab: Taurat,
Zabur, Injil, dan Al-Qur’an. Al-Qur’an sendiri selalu disebut dalam kitab-kitab
sebelumnya (26:196).
Ayat-ayat Kauniyah / WAHYU (اَلأيَةُ
الْكَوْنِيَّةُ )
Sedangkan ilham yang diberikan kepada manusia
berupa ayat-ayat kauniyah (AK), tentang fenomena alam atau sunnatullah di alam
semesta 3:190-191, 41:53. Melalui tiga potensi yang telah diberikan
oleh Allah kepada manusia (pendengaran, penglihatan dan hati), manusia mampu
memahami apa yang terjadi di alam à merumuskannya dalam
suatu ilmu pengetahuan àdiaplikasikan menjadi teknologi yang berguna. Allah terus memberikan ilham
sehingga penemuan demi penemuan terus berlangsung. Alam terlalu luas untuk
dikaji oleh manusia, sehingga kesempatan untuk menemukan hal-hal baru selalu
terbuka lebar. Antara AQ dan AK memiliki hubungan yang sangat erat.
AQ memberikan ISYARAT (اَلإِشَارَةُ) tentang
AK :
- 35:28 berbagai jenis barang tambang
- 57:25 besi yang berasal dari luar bumi yang sangat berguna bagi kehidupan
- 27:88 gunung-gunung yang berjalan seperti jalannya awan
- 39:6 ilmu embriologi (ada 3 tahapan perkembangan janin ظُلُمَاتٍ ثَلاثٍ )
- 86:11 adanya siklus terjadinya hujan, yang melalui tiga tahapan (30:48) dan
hujannya pun memiliki ukuran (43:11)
AK memberikan BUKTI (اَلْبُرْهَانُ) atau
mengkonfirmasi kebenaran AQ
- Berbagai penemuan ilmiah menjadi bukti kebenaran Al-Qur’an (41:53)
Kebenaran Mutlak / AQ (اَلْحَقِيْقَةُ
الْمُطْلَقَةُ )
Apa yang tertulis di dalam Al-Qur’an memiliki
tingkat kebenaran yang mutlak. 2:1 Al-Qur’an ini tidak ada keraguan di dalamnya.
15:9 Allah menjamin akan keaslian Al-Qur’an sampai hari kiamat. Bukti kebenaran
Al-Qur’an adalah tidak ada kontradiksi antara satu ayat dan ayat yang lain
(4:82). Tidak ada yang mampu membuat yang serupa dengan al-Qur’an (17:88), atau
serupa dengan 10 surat dalam al-Qur’an (11:13) atau salah satu suratnya saja
(2:23)
Kebenaran Empiris / AK (اَلْحَقِيْقَةُ
التَّجْرِبَةُ)
Sedangkan kebenaran yang dicapai oleh penggalian
melalui ayat-ayat kauniyah adalah kebenaran yang bersifat empiris, sesuai
dengan pengalaman atau eksperimen. Rumusan teori atau penemuan selalu
berkembang. Selalu saja ada sisi-sisi tertentu yang belum digali oleh manusia,
sehingga memunculkan penemuan baru. Penemuan demi penemuan menyempurnakan teori
yang ada atau membatalkannya. Contoh perkembangan teori atom ; John Dalton, J.
J. Thompson, Rutherford, Bohr, dan Modern. Kalau terlihat ada pertentangan
antara AQ dan AK? Imam Syahid Hasan Al-Banna memberikan rumusan yang sangat
baik dalam masalah ini (Prinsip 19 dalam Risalah Ta’alim): “Pandangan syar’i
dan pandangan logika memiliki wilayah sendiri-sendiri yang tidak dapat saling
memasuki secara sempurna. Namun demikian, keduanya tidak akan pernah berbeda
dalam hal-hal yang qoth’i (aksiomatik). Hakikat ilmiah yang benar tidak mungkin
bertentangan dengan kaidah syariat yang shahih. Sesuatu yang masih bersifat
zhanni (relatif) dari salah satunya, mesti ditafsiri sejalan dengan yang
qoth’i. Bila kedua-duanya bersifat zhanni, maka pandangan syariat lebih utama
untuk diikuti sampai logika mendapatkan legalitas kebenaran, atau gugur sama
sekali.”
Pedoman Hidup / AQ (مِنْهَاجُ
الْحَيَاةِ )
Karena AQ kebenarannya bersifat mutlak, maka AQ
yang berhak menjadi PEDOMAN HIDUP manusia.3:19 agama yang diridhoi oleh Allah
adalah Islam. 3:85 siapa mencari agama selain Islam tidak akan diterima dan di
akhirat akan merugi. Al-Qur’an bersama As-Sunnah telah merinci berbagai pedoman
dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Diantaranya Manusia dengan Allah,
Manusia dengan sesamanya, Manusia dengan makhluk hidup lainnya dan Manusia
dengan alam semesta.
Sarana Hidup / AK (وَسَائِلُ الْحَيَاةِ)
Sedangkan berbagai ilmu pengetahuan yang telah
dikembangkan manusia dari ayat-ayat kauniyah, dijadikan sebagai sarana hidup
manusia. Hidup manusia makin mudah dengan berbagai pengembangan ilmu
pengetahuan karena berbagai sarana hidup ditemukan. Dunia ini makin seperti
desa yang besar. Apa yang terjadi di belahan dunia lain, akan segera diketahui
bahkan langsung diketahui oleh belahan lainnya. Kecepatan dalam transportasi
antar kota, negara, bahkan benua. Jangan memposisikan keduanya secara terbalik:
AQ menjadi sarana hidupnya dan AK menjadi pedoman hidupnya. AQ menjadi sarana
hidupnya: menjual ayat dengan harga yang murah (2:41, 79, 174) à perilaku Yahudi. AK menjadi pedoman hidup: menuhankan materi. Kalau
yang terjadi seperti ini, maka dunia akan rusak(30:41). Diantaranya
Mempermainkan agama, Eksploitasi alam tanpa batas, dan Dekadensi moral.
Kerusakan yang ditimbulkan sebenarnya lebih dahsyat (kehancuran total, tak
bersisa), tapi Allah melepaskan sebagian kecil saja (35:45). Hanya dengan
memposisikan secara benar antara AQ sebagai pedoman hidup dan AK sebagai sarana
hidup manusia akan mencapai kesempurnaan. Saat memanfaatkan karunia Allah di
alam semesta ini di samping sesuai dengan ilmu pengetahuan juga dilandasi moral
Al-Qur’an. Hidup yang penuh berkah (7:96), hidup yang baik (16:97). Di dunia
baik dan di akhirat pun baik serta selamat dari siksa api neraka (2:201).
0 komentar:
Posting Komentar