BAB VI
SYARAT
DITERIMANYA SYAHADATAIN
(شُرُوْطُ
قَبُوْلِ الشَّهَادَتَيْنِ)
ILMU YANG MENIADAKAN KEBODOHAN
(اَلْعِلْمُ اَلْمُنَافِيْ لِلْجَهْلِ)
·
Seseorang yang bersyahadat harus memiliki ilmu tentang
syahadat yang diucapkannya
·
Orang yang bersyahadat tanpa mengetahui
makna/kandungan syahadat tidak diterima
·
3:18 bahwa yang diakui syahadat (persaksian)-nya hanya
tiga pihak: Allah, malaikat, dan orang-orang yang berilmu
Mati dengan Ilmu لاإله إلا الله
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
Barangsiapa mati sedangkan dia mengetahui (memiliki ilmu)
لاإله إلا الله
masuk sorga (HR. Muslim)
Perbaharui Iman dengan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
جَدِّدُوا إِيمَانَكُمْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ نُجَدِّدُ إِيمَانَنَا قَالَ
أَكْثِرُوا مِنْ قَوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
“Perbaharuilah iman kalian.” Dikatakan, “Duhai Rasulullah, bagaimana kami memperbaharui iman kami?” Bersabda Rasul SAW, “Perbanyaklah mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ” (HR Ahmad)
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
Barangsiapa mati sedangkan dia mengetahui (memiliki ilmu)
لاإله إلا الله
masuk sorga (HR. Muslim)
Perbaharui Iman dengan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
جَدِّدُوا إِيمَانَكُمْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ نُجَدِّدُ إِيمَانَنَا قَالَ
أَكْثِرُوا مِنْ قَوْلِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
“Perbaharuilah iman kalian.” Dikatakan, “Duhai Rasulullah, bagaimana kami memperbaharui iman kami?” Bersabda Rasul SAW, “Perbanyaklah mengucapkan لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ” (HR Ahmad)
- Banyak mengucapkan tanpa mengetahui
maknanya, tidak akan dapat menghayatinya, sehingga tidak berpengaruh dalam
memperbaharui iman
KEYAKINAN YANG MENGHILANGKAN KERAGUAN
·
Orang yang bersyahadat harus menghasilkan keyakinan
pada dirinya, tanpa keraguan sedikit pun, tentang keesaan Allah dan kerasulan
Nabi SAW
·
49:15 yang disebut mu’min yang sempurna HANYALAH
(إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ) orang-orang yang
- Beriman kepada Allah dan rasulNya
- Kemudian mereka TIDAK RAGU-RAGU (ثُمَّ
لَمْ يَرْتَابُوا)
Masih Syirik,
Tidak Diterima
·
Kalau masih ada syirik, maka syahadatnya tidak akan
diterima
·
Karena kita tidak diperintahkan kecuali untuk
beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan
§ 98:5 مُخْلِصِينَ
لَهُ الدِّينَ
§ 18:110 وَلا
يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Rahmatan
lil-’Alamin
·
Mu’min yang benar adalah mu’min yang produktivitasnya
tinggi
·
Karena produktif, maka surplus
·
Karena surplus, maka bukan hanya orang Islam saja yang
mendapatkan manfaat, tapi juga manusia lainnya, bahkan alam semesta
·
Mu’min seperti inilah yang dapat menjadi rahmat bagi
semesta alam (21:108)
Kerelaan
RIDHO
Kalau cintanya sangat tinggi kepada Allah (2:165), tentu dia akan RIDHO
kepada Allah. Apapun yang dikehendaki oleh yang dicintai tentu ia ridho
menerimanya (76:30).
وَمَا تَشَاءُونَ
إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ
Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah.
Tiada seorang pun yang mampu memberi hidayah kepada dirinya dan tiada pula
mampu memasukkan iman kedalam hatinya serta tiada yang mampu mendatangkan
manfaat bagi dirinya kecuali bila dikehendaki Allah à kita harus
menyesuaikan dengan kehendak Allah dan MENERIMAN APA YANG DIKEHENDAKI ALLAH =
RIDHO
Yang Dikehendaki Allah ada e macam;
- Yang dikehendaki
Allah TERHADAP DIRI KITA (مَا أَرَادَهُ اللهُ بِنَا)
- Yang dikehendaki
Allah TERHADAP ALAM SEMESTA (مَا أَرَادَهُ اللهُ بِالْكَوْنِ)
- Yang dikehendaki
Allah DARI DIRI KITA (مَا
أَرَادَهُ اللهُ مِنَّا)
Yang Dikehendaki Allah Terhadap Diri Kita (مَا أَرَادَهُ
اللهُ بِنَا)
Misalnya Allah menghendaki diri kita besok mendapatkan ini dan itu à kita
harus ridho menerimanya. Sesungguhnya, apa yang dikehendaki Allah terhadap diri
kita sudah ditetapkan sejak umur kita 40 hari di dalam kandungan
ثُمَّ يُرْسَلُ
إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ
رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَمْ سَعِيدٌ
Kemudian Allah mengutus malaikat, lalu meniupkan ruh dan ditetapkan empat
ketetapan: rizkinya, ajalnya, amalnya, dan sengsera atau bahagia (HR. Ahmad).
Realisasi ketetapan tentu mudah bagi Allah.
Tidak Kita Ketahui (عَالَمُ الْغَيْبِ)
Apa yang dikehendaki Allah terhadap diri kita, kita sendiri tidak tahu. Ini
termasuk alam ghaib (عَالَمُ الْغَيْبِ) besok kita kena musibah atau tidak, kita tidak tahu
dan bahkan besok kita masih ada atau tidak, kita pun tidak tahu. Semuanya hanya
Allah yang tahu. Pengetahuan Allah memang meliputi segala sesuatu (6:101).
Seperti pada 31:34 ; Allah mengetahui apa yang ada dalam Rahim Dan tiada
seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya
besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Qadha dan Takdir (اَلْقَضَاءُ وَالْقَدَرُ)
Semua hal yang ghaib itu tertuang di dalam QADHA dan TAKDIR Allah SWT. Para
ulama berbeda pendapat dalam mengartikan qadha dan takdir, ada yang bertukaran
antara satu ulama dan ulama lainnya. QADHA: ketentuan Allah sejak zaman azali
(alam belum ada) TAKDIR: realisasi dari qadha. Misalnya: menuruk qadha Allah
besok kita mendapatkan rizki yang banyak; pas rizki itu datang à itulah
takdir. Qadha dan takdir ada 2: baik (ni’mat) dan buruk (bencana) 21:35 à sebagai
UJIAN.
Syukur dan Sabar
Apapun takdir yang menimpa kita à harus ridho. Realisasi ridho
menerima takdir yaitu, Takdir baik à syukur dan Takdir buruk à sabar.
Keduanya adalah sifat mu’min yang mengagumkan;
عَجَبًا لِأَمْرِ
الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا
لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ
أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Menakjubkan perkara orang beriman sebab segala keadaannya baik dan tidak
mungkin terjadi yang demikian melainkan bagi seorang mu’min: apabila
mendapatkan kemudahan bersyukur maka itu baik baginya, dan apabila ditimpa
kesusahan bersabar maka itu baik baginya (HR.
Muslim)
Realisasi Makna Syahadatain
(1)
Syahadat yang kita ucapkan bukan sekedar pernyataan, tapi sekaligus sumpah
dan janji kita kepada Allah SWT ada 3 macam ;
- Syahadat
adalah proklamasi keislaman kita
- Syahadat
adalah sumpah setia kita
- Syahadat
adalah janji setia kita
Ia perlu realisasi sebagai konsekuensi dari proklamasi, sumpah dan janji
tersebut. Sehingga ia bukan pernyataan kosong, sumpah palsu dan janji-janji
belaka. Setelah seseorang bersyahadat maka hubungan dirinya dengan Allah SWT
menjadi kuat. Dirinya terikat dengan hubungan ini dengan ikatan yang sangat
kuat yang tidak akan terputus (2:256):
فَقَدِ
اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا
maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang
tidak akan putus
Ada tiga hubungan yang harus dijaga:
Hubungan cinta
Hubungan cinta kita dengan Allah setelah bersyahadat haruslah kuat à cinta
yang sempurna (2:165). Realisasi cinta kita dengan Allah: Mengikuti Rasulullah
(3:31), menata cinta kita terhadap selain Allah: mencintai orang dan apa saja
yang dicintai Allah dan membenci orang dan apa saja yang dibenci Allah à lihat
kembali materi “Mahabbatullah”, “Maratibul Hubb”, dan “Lawazimul Mahabbah”, dan
berani menanggung resiko cinta: berjihad dan berkorban (49:15). Cinta kita
kepada Allah adalah cinta yang pasti berbalas (3:31).
Hubungan perniagaan
Hubungan yang kuat setelah bersyahadat adalah hubungan perniagaan (dagang)
antara kita dan Allah. Perdagangan dengan Allah adalah perdagangan yang paling
menguntungkan. Seperti pada (61:10) “Maukah Aku tunjukkan perniagaan yang dapat
menyelamatkan kalian dari adzab yang pedih?” Siapakah yang akan menjawab: MAU!?
Orang yang menginginkan selamat di akhirat!. Dan pada (61:11) ada dua hal yang
harus dilakukan: Iman kepada Allah dan Rasul-Nya dan Berjihad dengan harta dan
jiwa.
Hubungan kerja
Setelah bersyahadat maka kita terikat hubungan kerja dengan Allah. Syahadat
adalah perjanjiang kontrak kerja kita dengan Allah yaitu; Kita adalah PEKERJA
ALLAH (اَلْعَامِلُ) (39:39) dan Allah adalah MAJIKAN kita (9:105). Kita bekerja
sesuai order (perintah dan larangan) Allah, bukan seenak kita sendiri à bisa
ditolak hasil pekerjaan kita. Maka yang kita sodorkan haruslah amal terbaik
(67:2, 3:92), bukan amal asal-asalan (3:188) atau ogah-ogahan (22:11). Jam
kerja kita = umur kita. Upah kita = pahala dan sorga serta bonus melihat Allah
(10:26).
تَحْقِيْقُ
مَعْنَى الشَّهَادَتَيْنِ
Realisasi Makna Syahadatain (2)
Pada materi sebelumnya disampaikan bahwa realisasi syahadatain adalah
adanya hubungan yang kuat antara seorang mu’min dan Allah SWT. Hubungan itu
meliputi: Hubungan cinta, Hubungan perniagaan, dan Hubungan kerja. Dalam materi
ini akan dibahas realisasi syahadatain dari sisi pribadi yang mengikrarkan
syahadat à kondisi pribadi yang dapat merealisasikan syahadatain.
Syahadat adalah Proklamasi (اَلإِقْرَارُ). Syahadat yang kita ucapkan adalah proklamasi akan
jatidiri kita sebagai muslim dan mu’min. Proklamasi ini akan mudah disampaikan
di tengah masyarakat yang menghormati aturan-aturan Islam. Tapi di tengah
masyarakat yang jauh dari Islam menjadi lebih sulit, karena akan terasa aneh.
Di tengah negara non-muslim akan lebih sulit lagi, karena bisa berakibat terbatasinya
gerak langkah dalam kehidupannya. Pernyataan: اشْهَدُوا
بِأَنَّا مُسْلِمُونَsaksikanlah bahwa sesungguhnya
kami muslim! (3:64) menjadi tantangan berat bagi
yang menyatakannya.
Proklamasi yang kita sampaikan adalah tentang keesaaan Allah (تَوْحِيْـدُ اللهِ), tidak ada sekutu bagi Allah. Tidak saling
menuhankan sesama manusia dengan menghalalkan yang diharamkan Allah dan
mengharamkan yang dihalalkan Allah (9:31). Tidak menuhankan hawa nafsunya
(25:43, 45:23) sehingga menganggap suatu keharusan suatu tindakan ma’siyat.
Lihatlah bagaimana para artis melakukan adegan-adegan yang dilarang syari’at
dengan dalih tuntutan skenario àskenario sudah menjadi kitab suci para
artis. Jika seorang mentauhidkan Allah, maka sudah seharusnya memenuhi
tuntutannya
– Sasaran hidupnya (قَصْدُ الْحَيَاةِ ) adalah Allah 6:162
– Pedoman hidupnya (مِنْهَاجُ
الْحَيَاةِ ) adalah Islam 6:153
– Teladan hidupnya (اَلْقُدْوَةُ فِي
الْحَيَاةِ) adalah
Rasulullah SAW 33:21
Apakah diri kita sudah memenuhi tuntutan ini? Perhatikanlah kisah
Abud-Dahdah ketika turun surat Al-hadid ayat 11: “Siapakah yang mau
meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipat-gandakan
(balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak”.
Hati yang bersih (sehat) adalah hati yang selalu mengharapkan rahmat Allah
SWT (رَجَاءُ رَحْمَةِ اللهِ). Ia menyadari bahwa dirinya penuh dengan kelemahan dan
keterbatasan, sedangkan Allah memiliki segalanya dan rahmatNya sangat luas,
maka ia selalu berharap agar mendapatkan rahmat Allah. Seperti pada (7:156) وَرَحْمَتِي
وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ à ayat yang besar peliputan dan keumuman maknanya. Sama
dengan doa malaikat penyangga ‘arsy (40:7): رَبَّنَا وَسِعْتَ
كُلَّ شَيْءٍ رَحْمَةً وَعِلْمًا
Keluasan rahmat Allah digambarkan bahwa 1% saja dari semua rahmatNya telah
membuat semua makhluk saling mengasihi, hewan liar sayang kepada anak-anaknya,
dan burung saling mengasihi. 99% rahmat Allah akan diberikan pada hari kiamat.
4:104 perbedaan mu’min dan kafir adalah bahwa mu’min mengharapkan rahmat Allah
yang tidak diharapkan oleh orang kafir (وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا
يَرْجُونَ).
Sesungguhnya, semua manusia bisa masuk sorga pun karena rahmat Allah.
اَلصِّبْغَةُ
وَالاِنْقِلاَبُ
Pencetakan dan Perubahan
Syahadatain
أشهد أن لاإله إلا
الله و
أشهد أن محمدا رسول الله
• أشهد = الشَّهَادَة mengandung 3 makna:
– Pernyataan (اَلْإِعْلاَنُ)
– Sumpah (اَلْقَسَمُ)
– Janji (اَلْعَهْدُ)
• لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ à لاَ مَعْبُوْدَ إِلاَّ اللهُ (tidak ada yang disembah kecuali Allah) à hasil akhirnya adalah
IKHLAS
• مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ à لاَ رِسَالَةَ إِلاَّ مَا جَاءَ بِهِ مُحَمَّدٌ (tidak ada risalah kecuali yang datang dari Muhammad SAW) à karena
itu kita mesti ITTIBA’ (mengikuti) Rasulullah SAW
Cinta (اَلْمَحَبَّةُ)
Syahadat adalah komitmen dalam hati untuk loyal (setia) kepada Allah dan
Rasul-Nya. Kesetiaan itu tidak akan wujud kecuali dengan adanya CINTA. Semakin
besar cintanya semakin kuat kesetiaannya. Allah SWT dan RasulNya pun menuntut
orang yang beriman untuk mencintai Allah dan RasulNya lebih dari yang lainnya à lebih
dari cintanya kepada. Bapak-bapaknya, saudara-saudara, istri-istri, kaum
keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri
kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai (9:24). Diri
sendiri: Umar berkata, وَاللَّهِ لَأَنْتَ أَحَبُّ إِلَيَّ
مِنْ نَفْسِي (demi Allah, engkau benar-benar lebih aku cintai daripada diriku, HR.
Bukhari).
Ridho (اَلرِّضَى)
Cinta menimbulkan kerelaan terhadap yang dicintai. Ia ridho kepada : Allah
sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul.
Ridho kepada Allah berarti ridho terhadap apa yang dikehendaki Allah
diantaranya terhadap diri kita (musibah): sabar dan syukur, terhadap alam
semesta (sunnatullah) dan dari diri kita (melaksanakan syari’at).
Iman (اَلإِيْمَانُ)
Kalau sudah ridho kepada Allah, Islam dan Rasul, maka berarti kita telah
menjadi MU’MIN TULEN. Keadaannya bisa timbal-balik: mu’min sejati tentu akan
ridho terhadap mereka semua. Iman yang disertai ridho inilah yang akan
menghasilkan manisnya iman:
ذَاقَ طَعْمَ
الإِيْمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالإِسْلاَمِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ
رَسُولاً
“Telah merasakan lezatnya iman seseorang yang ridha Allah sebagai Rabbnya,
Islam sebagai dinnya dan Muhammad sebagai Rasulnya.” (HR. Muslim)
Celupan (اَلصِّبْغَةُ)
Keimanan yang kuat akan menjadikan seorang rela dicelup dengan celupan
Allah (صِبْغَةُ اللهِ) (2:138). Dirinya, luar-dalam, dicelup dengan celupan Allah
sehingga memiliki warna sesuai dengan warna yang dikehendaki Allah. Tentu ini
berbeda sekali dengan orang yang dicelup dengan celupan lain: kapitalisme,
sosialisme, yahudi, nasrani, hindu, budha, dll. Dan celupan Allah adalah
sebaik-baik celupan à sebaik-baik warna yang dihasilkan: generasi
yang unik, umat yang terbaik.
Perubahan (اَلاِنْقِلاَبُ)
Setelah dicelup dengan celupan Allah, maka terjadilah perubahan warna pada
diri mu’min. Begitulah yang terjadi pada para sahabat, ketika mereka masuk
Islam, bersyahadat, maka terjadi perubahan yang mencolok pada diri mereka
antara sebelum dan sesudah Islam. Para tukang sihir Raja Fir’aun pun berubah
saat masuk Islam diantaranya tunduk kepada Nabi Musa AS (7:120), Iman kepada
Allah (7:121) dan Kokoh ketika mendapatkan ancaman (7:123-126).
Pribadi Muslim (اَلشَّخْصِيَّةُ اَلاِسْلاَمِيَّةُ)
Jika sudah terjadi perubahan pada keyakinannya menjadi keyakinan tauhid,
pemikirannya, perasaannya dan perilakunya. Maka berarti telah terbentuk
kepribadian Islam (اَلشَّخْصِيَّةُ اَلاِسْلاَمِيَّةُ). Jadi untuk membentuk pribadi Muslim harus dimulai
dari syahadatain.
Nilai (اَلْقَيِّمَةُ)
Pribadi Muslim inilah pribadi yang bernilai, bermutu di mata Allah dan
RasulNya serta umat Islam semuanya. Pribadi yang berkualitas inilah yang akan
membawa Islam pada kejayaannya (24:55) yaitu, Menjadi khalifah (penguasa) di
muka bumi dengan membawa rahmat bagi semesta alam, Tamkin (kekokohan) dalam
agama di atas agama-agama lainnya, Menghadirkan rasa aman sehingga perempuan
bisa bepergian tanpa mahram tanpa ada gangguan apapun dan Semua manusia
beribadah kepada Allah tanpa syirik. Kenyataannya, musuh-musuh Islam juga
memiliki tentara-tentara yang berkualitas juga à kalau kita tidak
berkualitas, kalah!
0 komentar:
Posting Komentar